Tanggal | Peristiwa Bersejarah |
17 Agustus 1945 | Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Merdekaaa!!! |
18 Agustus 1945 | Penetapan UUD dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia |
22 Agustus 1945 | Pembentukan Komite Nasional, Partai Nasional, dan Badan Keamanan Rakyat |
1 September 1945 | Pekik perjuangan "Merdeka" |
5 September 1945 | Pernyataan Negeri Ngayogjakarta Hadiningrat sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia |
17 September 1945 | Palang Merah Indonesia |
19 September 1945 | Insiden Bendera di Surabaya |
5 Oktober 1945 | Pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) |
15 Oktober 1945 | Pertempuran Lima Hari di Semarang |
10 November 1945 | Pertempuran di Surabaya |
21 November 1945 | Pertempuran Ambarawa |
10 Desember 1945 | Pertempuran "Medan Area" |
4 Januari 1946 | Presiden dan Wakil Presiden pindah ke Yogyakarta |
9 Februari 1946 | Konggres wartawan Solo |
24 Maret 1946 | Bandung Lautan Api |
9 april 1946 | Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TRI-AU) |
1 Juli 1946 | Lahirnya Kepolisian Negara |
1 Oktober 1946 | "Oeang Republik Indonesia ORI" |
10 November 1946 | Perundingan Linggarjati |
29 November 1946 | Pertempuran Margarana |
7 Desember 1946 | Pembunuhan besar-besaran di Sulawesi Selatan ( Peristiwa westerling di Makassar) |
1 Januari 1947 | Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang |
5 Januari 1947 | Pertempuran Laut di teluk Cirebon, tenggelamnya RI Gajah Mada |
3 Juni 1947 | Tentara Nasional Indonesia |
21 Juli 1947 | Agresi Militer Belanda Pertama |
27 Oktober 1947 | Komisis Tiga Negara |
8 Desember 1947 | Perundingan renville |
17 Januari 1948 | Penandatanganan Perjanjian Renville |
9 September 1948 | Pekan Olahraga Nasional Pertama |
18 September 1948 | Pemberontakan PKI/ Peristiwa Madiun |
17 November 1948 | Letnan Jendral Oerip Soemoharjo wafat |
19 Desember 1948 | Agresi Militer Belanda Kedua |
1 Maret 1949 | Serangan umum terhadap Kota Yogyakarta yang diduduki Belanda |
7 Mei 1949 | Persetujuan Roem Royen |
6 Juli 1949 | Presiden dan Wakil Presiden kembali ke Yogyakarta |
10 Juli 1949 | panglima Besar Sudirman kembali ke Yogyakarta |
7 Agustus 1949 | Proklamasi "Negara Islam Indonesia" Kartosuwiryo |
23 Agustus 1949 | Konferensi Meja Bundar |
5 September 1949 | Robert Wolter Monginsidi menjalani hukuman mati |
27 Desember 1949 | Pengakuan Kedaulatan |
23 Januari 1950 | Kunjungan Pertama Presiden Indonesia ke Luar Negeri |
23 Januari 1950 | Peristiwa APRA di Bandung |
29 Januari 1950 | Jendral Sudirman wafat |
5 April 1950 | Peristiiwa Andi Aziz di Makassar |
25 Apriil 1950 | Peristiwa Republik Maluku Selatan (RMS) |
15 Agustus 1950 | Kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia |
27 Desember 1950 | Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa |
10 Oktober 1950 | Pemberontakan Ibnu Hajar di Kalimantan Selatan |
17 Agustus 1951 | Pemberontkan DI/TII Kahar Muzakar |
27 April 1951 | Kabinet Soekiman |
3 April 1952 | Kabinet Wilopo |
1 Agustus 1953 | Kabinet Ali Wongso |
20 September 1953 | Pemberontakan DI/TII Daud Beureueh |
18 April 1955 | Konferensi Asia-Afrika di Bandung |
29 September 1955 | Pemilihan Umum |
17 Agustus 1956 | Pembentukan Provinsi Irian Barat |
1 Desember 1956 | Bung Hatta mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden |
1 Januari 1957 | Pengiriman Misi Garuda I |
18 November 1957 | Gerakan Pembebasan Irian Barat |
15 Februari 1958 | Pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dan Permesta)/ Piagam Persetujuan Semesta |
15 Juni 1958 | Indonesia merebut Piala Thomas (Thomas Cup) |
5 Juli 1959 | Dekrit Presiden kembali ke UUD 1945 |
31 Desember 1959 | Pembentukan Front Pancasila |
9 Maret 1960 | Peristiwa Maukar |
24 Juni 1960 | Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong |
10 September 1960 | Misi Garuda II ke Kongo |
30 September 1960 | Pidato Presiden Soekarno di Depan Sidang Umum PBB |
10 November 1960 | Sidang umum pertama Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara |
14 Agustus 1961 | gerakan Pramuka |
17 Agustus 1961 | Pembangunan Tugu Nasional |
19 Desember 1961 | Tri Komando Rakyat (Trikora) |
2 Januari 1962 | Pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat |
15 Januari 1962 | Peristiwa Aru |
24 Agustus 1962 | Asean Games IV di Jakarta |
1 Mei 1963 | Penyerahan kekuasaan di Irian Barat dari PBB kepada Indonesia |
10 November 1963 | Ganefo |
2 Desember 1963 | Gembong RMS Dr.Ch.R. Soumokil ditangkap |
3 Mei 1964 | Dwi Komando Rakyat |
27 Agustus 1964 | Kabinet Dwikora |
7 Januari 1965 | Indonesia keluar dari PBB |
14 Januari 1965 | PKI menuntut agar kaum Buruh dan Tani Dipersenjatai |
26 Mei 1965 | Isu (Fitnah) "Dewan Jendral" (Dokumen Gilchrist) |
30 September 1965 | Gerakan 30 September (G30 S/PKI) |
1 Oktober 1965 | Dewan Revolusi dan Tindakan Penumpasan G-30 S/PKI |
2 Oktober 1965 | Pemulihan Keamanan dan Ketertiban |
4 Oktober 1965 | Pengambilan Jenazah Tujuh Orang Pahlawan Revolusi di Jakarta |
14 Oktober 1965 | Pengangkatan Mayor Jenderal Suharto sebagai Menteri /Panglima Angkatan Darat |
16 Oktober 1965 | Pembekuan PKI dan Ormas-Ormasnya di Jakarta |
21 Oktober 1965 | Pemakaman jenazah Pahlawan Revolusi di Yogyakarta |
25 Oktober 1965 | Pembentukan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia |
12 Januari 1966 | Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) |
11 Maret 1966 | Surat Perintah 11 Maret (SP 11 Maret/ SUPERSEMAR) |
12 Maret 1966 | Pembubaran PKI |
18 Maret 1966 | Pengamanan Menteri-Menteri Kabinet Dwikora |
25 Juli 1966 | Kabinet Ampera |
28 September 1966 | Indonesia kembali aktif di PBB |
22 Februari 1967 | Penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno kepada Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 |
12 Maret 1967 | Pelantikan Jenderal Suharto sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia |
27 Maret 1968 | pelantikan Jenderal Suharto sebagai Presiden Republik Indonesia |
10 Juni 1968 | Kabinet Pembangunan |
Friday, November 30, 2012
TANGGAL PENTING DI INDONESIA
Hei teman-teman ku semua, kali ini saya akan mencatatkan tanggal-tanggal bersejarah Bangsa Indonesia neehh...!! Jangan bicara "Aku cinta Indonesia" dan "Aku bangga lahir di Indonesia" kalau yang beginian aja gk tau. Kan malu tuh, makanya baca ya, kalau mampu hafal aja sekalian. Okok ^_^
Monday, November 26, 2012
CUMAN ADA DI KELAS 8.5 :)
Cuma di 8.5 ada slogan "Kembangkan jiwa VOLUNTEER"
Cuma di 8.5 ngidupin LCD harus naik meja
Cuma di 8.5 LCD pernah jatuh dari trmpatnya
Cuma di 8.5 ga ada kordennya
Cuma di 8.5 barisnya terakhir sendiri
Cuma di 8.5 ngidupin LCD harus naik meja
Cuma di 8.5 LCD pernah jatuh dari trmpatnya
Cuma di 8.5 ga ada kordennya
Cuma di 8.5 barisnya terakhir sendiri
Cuma di 8.5 dapat julukan KELAS TERKOTOR
Cuma di 8.5 ga ada pengurus INTI OSIS
Cuma di 8.5 anggota BDI 10 orang
Cuma di 8.5 dramanya ga tampil
Cuma di 8.5 kelasnya pernah pindah posisi
Cuma di 8.5 rajin jama'ah ngerjakan PR di sekolah (termasuk sing nulis)
Cuma di 8.5 pengurus kelas PEREMPUAN smua
Cuma di 8.5 yang mewakili PAWAI ! Muharram 1434 H
Cuma di 8.5 ga ada perwakilan anak laki-laki dari kelas 7.5
Cuma di 8.5 gapernah diam walaupun ada gurunnya
CINTAILAH KELASMU
BANGGAKANLAH KELASMU
D'MONSTER SLALU MENGISI HARI-HARIMU ;-)
Cuma di 8.5 ga ada pengurus INTI OSIS
Cuma di 8.5 anggota BDI 10 orang
Cuma di 8.5 dramanya ga tampil
Cuma di 8.5 kelasnya pernah pindah posisi
Cuma di 8.5 rajin jama'ah ngerjakan PR di sekolah (termasuk sing nulis)
Cuma di 8.5 pengurus kelas PEREMPUAN smua
Cuma di 8.5 yang mewakili PAWAI ! Muharram 1434 H
Cuma di 8.5 ga ada perwakilan anak laki-laki dari kelas 7.5
Cuma di 8.5 gapernah diam walaupun ada gurunnya
CINTAILAH KELASMU
BANGGAKANLAH KELASMU
D'MONSTER SLALU MENGISI HARI-HARIMU ;-)
with D'MONSTER SMPN 3 MALANG
Saturday, November 17, 2012
BELAJAR DARI 3 IDIOTS!!!!
Sepertinya kekaguman dan pemikiran saya akan film yang satu ini sudah tersimpul semua dalam tulisan di bawah ini.
Sungguh film yang luar biasa. Mungkin kata inilah yang mewakili penilaian penulis setelah menonton film yang berjudul "3 Idiots". Lucu dan berisi. Karena terharunya, hingga tak sadar penulis meneteskan air mata.
Dalam "3 Idiots", ada pelajaran mencintai, jalinan persahabatan, kepedulian, keberanian yang berpadu dengan kecerdasan, kebahagiaan, dan embrio lahirnya manusia besar. Bagai mata air kebijaksanaan perlahan mengalir di alam pikiran, lalu menyentuh ruang kesadaran.
Film ini begitu sarat makna, membawa banyak pesan moril bagi dunia pendidikan. Di samping mengkritik juga memberi masukan atas kemapanan dunia pendidikan kekinian. Sebuah film yang mestinya menjadi tontonan "wajib" baik bagi anak didik, orang tua, guru, dosen atau bagi siapa saja yang hendak memetik pelajaran, termasuk penentu kebijakan dalam dunia pendidikan.
Film India ini disutradari Rajkumar Hirani. Adapun 3 Idiots yang dimaksud ialah Amir Khan selaku Ranchoddas Shamaldas Chanchad alias Phunsuk Wangdu, sebagai bintang utama. Dua idiots lainnya ialah R Madhavan sebagai Farhan Qureshi dan Sharman Joshi sebagai Raju Rastogi.
Setelah penulis menonton, ternyata istilah atau label "idiots" tidaklah benar dialamatkan kepada tiga tokoh utama tersebut. Justru ketiga tokoh utama adalah seorang yang begitu jenius dan kreatif. Kata "idiots" hanyalah sebuah istilah yang sengaja diproduksi agar menyensor pemikiran dan karakter tertentu.
Di mana bahasa atau istilah (idiots) diciptakan untuk mempertahankan status quo dalam dunia pendidikan. Bahwa mahasiswa yang berbeda dari kebanyakan dianggap sebagai tipikal mahasiswa yang tidak layak untuk diteladani, contoh mahasiswa yang akan gagal meraih kesuksesan.
Pemeran lainnya dalam film tersebut ialah Karina Kapoor selaku Phia Sahastrebuddhe yang berprofesi sebagai dokter. Sebelum bertemu dengan Rancho, dia betul-betul hanya menjadi dokter konservatif yang tidak menjiwai etika kedokteran yang semestinya melayani kemanusiaan dengan keahliannya.
Setelah dekat dengan Rancho, dia mulai memahami bahwa seorang dokter tidak boleh kaku dalam melayani seorang pasien, tidak mempersulit secara administratif pasien yang kritis.
Phia sekaligus sebagai anak gadis dari Dr Viru Shastrabhuddi yang kemudian oleh mahasiswanya dipelesetkan menjadi Dr Virus. Dia adalah seorang dosen yang cara mengajarnya kaku. Dia mewakili karakter dosen lainnya.
Tak heran karena sikapnya yang egois dan arogan dalam memaksakan setiap kehendaknya kepada mahasiswanya, misalnya harus memperoleh nilai yang tinggi dalam setiap ujian, akhirnya membuat salah seorang mahasiswanya bunuh diri karena selalu gagal dalam setiap ujian. Virus juga sekaligus sebagai Rektor ICE (Imperial College of Engineering), perguruan tinggi di mana ketiga "idiots" tersebut kuliah.
Pelajaran Bagi Kita
Hemat penulis, berikut beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik dari film tersebut dalam kaitannya dengan dunia pendidikan kita, antara lain, Pertama, pendidikan bukanlah sekadar mendapatkan nilai yang tinggi, mendapatkan ijazah, sebagai bekal memasuki dunia kerja. "Jangan mengejar kesuksesan.
Jadilah orang besar, kesuksesan akan mengikutimu" demikian kata Rancho. Toh banyak yang nilai ijazahnya tinggi, bertitel panjang, tetapi tidak banyak mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan bagi masyarakat sekitarnya.
Untuk masalah ini, tiba-tiba penulis teringat dengan nasihat Ishak Ngeljaratan dalam sebuah diskusi tentang multikulturalisme. "Kita belajar bukan hanya untuk pintar, tetapi bagaimana kepintaran itu dapat menuntun kita untuk berbuat baik, berguna bagi orang lain".
Kedua, metode pembelajaran yang mencerahkan peserta didik bukanlah dengan menghapal, melainkan dengan memahami. Sistem pembelajaran yang mengandalkan hapalan, menurut Rancho hanya akan mencetak "robot-robot" yang tidak memiliki daya kritis.
Penulis mengistilahkannya dengan cara belajar "burung beo", di mana burung beo tahu menghapal kata tetapi tidak memahami makna dari kata-kata yang dihapal. Mungkin bisa dibayangkan, andai metode menghapal efektif melejitkan kecerdasan, barangkali kita telah menjadi orang yang sangat cerdas karena sejak SD hingga perguruan tinggi kita selalu menghapal segudang teori demi ambisi mendapatkan nilai yang tinggi pada setiap ulangan harian dan ujian semester.
Ketiga, orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya kepada sang anak. Seperti dalam hal memilih jurusan, tanpa melihat pada bidang dan jurusan mana sang anak itu berbakat. Di sini, seolah-olah film ini ingin pula mengkritik mainstream cara berpikir orang tua yang larut dalam konsep-konsep hidup yang diproduksi oleh modernitas.
Misalnya; orang pintar dan sukses itu ialah yang bertitel, alumni perguruan tinggi ternama. Orang yang sukses dalam hidupnya ialah ketika bermimpi memiliki uang banyak, atau rumah yang mewah. Sebagai tangga untuk memperoleh semua itu, maka tugas utama seorang anak adalah belajar dengan baik, "patuh" kepada guru atau dosen, agar memperoleh nilai yang baik.
Nilai yang baik itu akan terakumulasi dalam ijazah sebagai bekal memasuki dunia kerja. Akhirnya yang tercipta betul-betul hanyalah persaingan di kalangan peserta didik agar memperoleh nilai yang tinggi.
Dalam suasana persaingan akan memunculkan rasa ingin mendominasi. Selain itu, anak didik juga akan dihantui rasa takut dan tekanan psikologis. Dan ketika kalah bersaing dalam memperoleh nilai yang tinggi, niscaya akan muncul rasa bersalah yang besar.
Pada titik inilah sang anak rawan berbuat nekad, bisa jadi jika tak tahan stres sang anak akan bunuh diri lantaran berpadunya rasa cemas, rasa takut, dan rasa malu terhadap orang tua, guru dan temannya. Watak pendidikan seperti ini di samping memiliki efek psikologis, tentu sangat kapitalistik yang memandang tujuan akhir dari pendidikan adalah untuk menumpuk materi.
Keempat, dalam suasana persaingan memperoleh nilai yang tinggi, peserta didik tentu akan menjadi manusia-manusia yang individualis. Karena hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk memikirkan cara memperoleh nilai tersebut.
Akhirnya peserta didik akan menjadi manusia-manusia yang tidak memiliki kemerdekaan berpikir dan kurang memiliki kepedulian sosial. Hal ini pernah diajarkan oleh bapak pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara, bahwa sekolah haruslah menjadi tempat yang nyaman bagi anak didik, taman yang menyenangkan.
Tempat mekarnya bunga-bunga bangsa. Sekolah (perguruan tinggi) tidak boleh menjadikan anak didik menjadi seorang yang individualis, tetapi mendidiknya menjadi manusia yang memiliki kepedulian sosial atau semangat nasionalisme (Muh. Yamin, 2009).
Kelima, film "3 Idiots" juga berpesan, betapa pentingnya menumbuhkembangkan kreativitas. Kreativitas tentu bisa menjadi salah satu modal utama bagi seseorang agar mampu mengatasi setiap kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam hidup, termasuk kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan materil.
Kritik film ini, sebenarnya kurang lebih sama dengan pandangan tokoh pendidikan Brazil bernama Paulo Freire, yang menyebut metode menghapal dalam pembelajaran sebagai metode yang tidak membebaskan anak didik.
Freire menyebutnya banking education, di mana pengajar melihat anak didik seperti bank yang siap ditabungi pengetahuan. Karenanya Freire mengajukan alternatif sistem pendidikan yang dia istilahkan dengan sistem dialog yang menempatkan anak didik dan pendidik sama-sama sebagai subjek belajar dan objeknya adalah pelajaran (realitas dunia) itu sendiri. (Listiyono Santoso, dkk, 2007).
Akhirnya, semoga saja seluruh elemen pendidikan terutama rekan-rekan guru, dosen, orang tua dan pemerintah tidaklah menutup diri dengan kritik-kritik baru seputar dunia pendidikan. Demi pengembangan kualitas dunia pendidikan kita ke depan.
Dalam "3 Idiots", ada pelajaran mencintai, jalinan persahabatan, kepedulian, keberanian yang berpadu dengan kecerdasan, kebahagiaan, dan embrio lahirnya manusia besar. Bagai mata air kebijaksanaan perlahan mengalir di alam pikiran, lalu menyentuh ruang kesadaran.
Film ini begitu sarat makna, membawa banyak pesan moril bagi dunia pendidikan. Di samping mengkritik juga memberi masukan atas kemapanan dunia pendidikan kekinian. Sebuah film yang mestinya menjadi tontonan "wajib" baik bagi anak didik, orang tua, guru, dosen atau bagi siapa saja yang hendak memetik pelajaran, termasuk penentu kebijakan dalam dunia pendidikan.
Film India ini disutradari Rajkumar Hirani. Adapun 3 Idiots yang dimaksud ialah Amir Khan selaku Ranchoddas Shamaldas Chanchad alias Phunsuk Wangdu, sebagai bintang utama. Dua idiots lainnya ialah R Madhavan sebagai Farhan Qureshi dan Sharman Joshi sebagai Raju Rastogi.
Setelah penulis menonton, ternyata istilah atau label "idiots" tidaklah benar dialamatkan kepada tiga tokoh utama tersebut. Justru ketiga tokoh utama adalah seorang yang begitu jenius dan kreatif. Kata "idiots" hanyalah sebuah istilah yang sengaja diproduksi agar menyensor pemikiran dan karakter tertentu.
Di mana bahasa atau istilah (idiots) diciptakan untuk mempertahankan status quo dalam dunia pendidikan. Bahwa mahasiswa yang berbeda dari kebanyakan dianggap sebagai tipikal mahasiswa yang tidak layak untuk diteladani, contoh mahasiswa yang akan gagal meraih kesuksesan.
Pemeran lainnya dalam film tersebut ialah Karina Kapoor selaku Phia Sahastrebuddhe yang berprofesi sebagai dokter. Sebelum bertemu dengan Rancho, dia betul-betul hanya menjadi dokter konservatif yang tidak menjiwai etika kedokteran yang semestinya melayani kemanusiaan dengan keahliannya.
Setelah dekat dengan Rancho, dia mulai memahami bahwa seorang dokter tidak boleh kaku dalam melayani seorang pasien, tidak mempersulit secara administratif pasien yang kritis.
Phia sekaligus sebagai anak gadis dari Dr Viru Shastrabhuddi yang kemudian oleh mahasiswanya dipelesetkan menjadi Dr Virus. Dia adalah seorang dosen yang cara mengajarnya kaku. Dia mewakili karakter dosen lainnya.
Tak heran karena sikapnya yang egois dan arogan dalam memaksakan setiap kehendaknya kepada mahasiswanya, misalnya harus memperoleh nilai yang tinggi dalam setiap ujian, akhirnya membuat salah seorang mahasiswanya bunuh diri karena selalu gagal dalam setiap ujian. Virus juga sekaligus sebagai Rektor ICE (Imperial College of Engineering), perguruan tinggi di mana ketiga "idiots" tersebut kuliah.
Pelajaran Bagi Kita
Hemat penulis, berikut beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik dari film tersebut dalam kaitannya dengan dunia pendidikan kita, antara lain, Pertama, pendidikan bukanlah sekadar mendapatkan nilai yang tinggi, mendapatkan ijazah, sebagai bekal memasuki dunia kerja. "Jangan mengejar kesuksesan.
Jadilah orang besar, kesuksesan akan mengikutimu" demikian kata Rancho. Toh banyak yang nilai ijazahnya tinggi, bertitel panjang, tetapi tidak banyak mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan bagi masyarakat sekitarnya.
Untuk masalah ini, tiba-tiba penulis teringat dengan nasihat Ishak Ngeljaratan dalam sebuah diskusi tentang multikulturalisme. "Kita belajar bukan hanya untuk pintar, tetapi bagaimana kepintaran itu dapat menuntun kita untuk berbuat baik, berguna bagi orang lain".
Kedua, metode pembelajaran yang mencerahkan peserta didik bukanlah dengan menghapal, melainkan dengan memahami. Sistem pembelajaran yang mengandalkan hapalan, menurut Rancho hanya akan mencetak "robot-robot" yang tidak memiliki daya kritis.
Penulis mengistilahkannya dengan cara belajar "burung beo", di mana burung beo tahu menghapal kata tetapi tidak memahami makna dari kata-kata yang dihapal. Mungkin bisa dibayangkan, andai metode menghapal efektif melejitkan kecerdasan, barangkali kita telah menjadi orang yang sangat cerdas karena sejak SD hingga perguruan tinggi kita selalu menghapal segudang teori demi ambisi mendapatkan nilai yang tinggi pada setiap ulangan harian dan ujian semester.
Ketiga, orang tua yang terlalu memaksakan kehendaknya kepada sang anak. Seperti dalam hal memilih jurusan, tanpa melihat pada bidang dan jurusan mana sang anak itu berbakat. Di sini, seolah-olah film ini ingin pula mengkritik mainstream cara berpikir orang tua yang larut dalam konsep-konsep hidup yang diproduksi oleh modernitas.
Misalnya; orang pintar dan sukses itu ialah yang bertitel, alumni perguruan tinggi ternama. Orang yang sukses dalam hidupnya ialah ketika bermimpi memiliki uang banyak, atau rumah yang mewah. Sebagai tangga untuk memperoleh semua itu, maka tugas utama seorang anak adalah belajar dengan baik, "patuh" kepada guru atau dosen, agar memperoleh nilai yang baik.
Nilai yang baik itu akan terakumulasi dalam ijazah sebagai bekal memasuki dunia kerja. Akhirnya yang tercipta betul-betul hanyalah persaingan di kalangan peserta didik agar memperoleh nilai yang tinggi.
Dalam suasana persaingan akan memunculkan rasa ingin mendominasi. Selain itu, anak didik juga akan dihantui rasa takut dan tekanan psikologis. Dan ketika kalah bersaing dalam memperoleh nilai yang tinggi, niscaya akan muncul rasa bersalah yang besar.
Pada titik inilah sang anak rawan berbuat nekad, bisa jadi jika tak tahan stres sang anak akan bunuh diri lantaran berpadunya rasa cemas, rasa takut, dan rasa malu terhadap orang tua, guru dan temannya. Watak pendidikan seperti ini di samping memiliki efek psikologis, tentu sangat kapitalistik yang memandang tujuan akhir dari pendidikan adalah untuk menumpuk materi.
Keempat, dalam suasana persaingan memperoleh nilai yang tinggi, peserta didik tentu akan menjadi manusia-manusia yang individualis. Karena hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk memikirkan cara memperoleh nilai tersebut.
Akhirnya peserta didik akan menjadi manusia-manusia yang tidak memiliki kemerdekaan berpikir dan kurang memiliki kepedulian sosial. Hal ini pernah diajarkan oleh bapak pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara, bahwa sekolah haruslah menjadi tempat yang nyaman bagi anak didik, taman yang menyenangkan.
Tempat mekarnya bunga-bunga bangsa. Sekolah (perguruan tinggi) tidak boleh menjadikan anak didik menjadi seorang yang individualis, tetapi mendidiknya menjadi manusia yang memiliki kepedulian sosial atau semangat nasionalisme (Muh. Yamin, 2009).
Kelima, film "3 Idiots" juga berpesan, betapa pentingnya menumbuhkembangkan kreativitas. Kreativitas tentu bisa menjadi salah satu modal utama bagi seseorang agar mampu mengatasi setiap kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam hidup, termasuk kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan materil.
Kritik film ini, sebenarnya kurang lebih sama dengan pandangan tokoh pendidikan Brazil bernama Paulo Freire, yang menyebut metode menghapal dalam pembelajaran sebagai metode yang tidak membebaskan anak didik.
Freire menyebutnya banking education, di mana pengajar melihat anak didik seperti bank yang siap ditabungi pengetahuan. Karenanya Freire mengajukan alternatif sistem pendidikan yang dia istilahkan dengan sistem dialog yang menempatkan anak didik dan pendidik sama-sama sebagai subjek belajar dan objeknya adalah pelajaran (realitas dunia) itu sendiri. (Listiyono Santoso, dkk, 2007).
Akhirnya, semoga saja seluruh elemen pendidikan terutama rekan-rekan guru, dosen, orang tua dan pemerintah tidaklah menutup diri dengan kritik-kritik baru seputar dunia pendidikan. Demi pengembangan kualitas dunia pendidikan kita ke depan.
sumber : http://idamayasari.blogspot.com/2011/06/pelajaran-dari-film-3-idiots.html
http://ilhammaulana-wiham.blogspot.com/
KHATAMAN SMPN 3 MALANG
Alhamdulillah, meskipun cuma 7 anak yg hadir, tp bermanfaat skali bg SMP 3 Malang :)
http://ilhammaulana-wiham.blogspot.com/
Saturday, November 3, 2012
RENUNGAN MALAM MINGGU
Bismillah ..Malam minggu bagi para remaja zaman sekarang adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Bukan hanya sebagai waktu luang untuk melepaskan penat setelah seminggu bergulat dengan pelajaran, namun bagi sebagian remaja, malam minggu identik dengan tradisi hura-hura dan wakuncar (waktu kunjung pacar). Kegiatan ini mulai marak seiring dengan masuknya budaya barat yang lebih ‘membebaskan’ hubungan antara laki – laki dan perempuan. Banyak remaja yang memanfaatkan waktu malam minggu atau malam ahad mereka untuk berhura-hura dan juga untuk ‘wakuncar’ (waktu kunjung pacar).
Seolah – olah sudah menjadi tradisi, bagi remaja yang tidak melakukan tradisi ini yakni pacaran dan hura-hura, dianggap kuper atau tidak gaul. Padahal kegiatan yang demikian itu jika dilihat dari segi manfaat lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.. Bagi remaja Islam, kegiatan malam minggu hendaknya tidaklah demikian, karena remaja Islam sejati tidak akan mengikuti budaya orang-orang kafir.
Hura-hura dan wakuncar di malam minggu yang dilakukan remaja seperti jalan-jalan di mall, nonton film di bioskop, makan malam diluar menjadi agenda sebagian remaja yang terpengaruh oleh tradisi budaya barat.
Mudharatnya kegiatan tersebut banyak sekali seperti pemborosan, berkhalwat dengan non muhrim, hingga dosa besar mendekati zina. Tidak ada manfaat yang dapat diambil dari kegiatan hura-hura dan wakuncar yang kini sering dilakukan oleh sebagian remaja. Sebagai remaja Islam, tentu harus berbeda dengan mereka yang melakukan kegiatan mubazir seperti di atas.
Meski gejolak darah muda dalam diri seorang remaja mulai memanas, sehingga banyak alasan pembenaran yang dikemukakan seperti untuk semangat belajar, untuk belajar mengenal lawan jenis, untuk refreshing , karena cinta/sayang, dan lain-lain, alasan pembenaran kegiatan tersebut tentulah tidak tepat dengan syariah agama Islam. Islam adalah agama keselamatan bagi umat manusia, karenanya para remaja Islam tentu harus mengikuti syariah agama agar bisa selamat di dunia dan di akherat.
Sebuah perenungan yang patut direnungkan melalui akibat-akibat tradisi malam mingguan yang sudah berlangsung selama berpuluh tahun ini Pertama, berapa banyak remaja menikah di usia dini akibat hamil di luar nikah, berapa banyak kasus perkosaan yang terjadi tiap tahun, berapa banyak bayi-bayi tak berdosa yang tak memiliki bapak atau pun mati mengenaskan di tempat sampah?, berapa banyak remaja yang kini berani beradegan mesum dan kemudian dipublikasikan? Jika jawabannya banyak, maka masihkah pantas tradisi seperti ini tetap dipertahankan di kalangan remaja? Jika mudharat yang dibawa tradisi malam mingguan seperti di atas ternyata terbukti sangat banyak dan tentu membahayakan masa depan para remaja, sanggupkah para remaja sekarang merubahnya? Bagi para remaja Islam sejati, kenyataan ini seharusnya menjadikannya sanggup menjadi pelopor perubahan itu dengan membangun aqidah dan akhlaq Islamiyah yang kuat dan mengaplikasikannya dalam kebiasaan hidup sehari-hari.
Malam minggu/ahad dan hari ahad hendaknya dijadikan sebagai waktu yang lebih bermanfaat dan lebih produktif. Zaman yang semakin sulit seperti sekarang ini, seharusnya disadari para remaja untuk lebih produktif dan berprestasi demi menunjang masa depannya kelak. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dalam mengisi malam minggu/ahad dan hari ahad yang lebih bernilai positif, antara lain mengikuti klub atau kursus yang mendukung pengembangan bakat, sehingga pada akhirnya dapat menambah tabungan dan lebih mandiri dengan memanfaatkan kemampuan/bakat yang dimiliki tersebut. Kegiatan positif ini juga harus diiringi dengan peningkatan kualitas aqidah dan akhlak islamiyah. Dengan demikian, hidup seorang remaja Islam sejati akan lebih berarti dan insyaAlloh mendapat ridho dari Alloh SWT.
Kehidupan masa remaja Rasulullah SAW dapat menjadi suri teladan, dimana masa remaja Beliau dilalui dengan perjuangan dan kerja keras diiringi dengan akhlaq yang terpuji. Hasilnya sangat luar biasa, Beliau menjadi seorang pemimpin yang sangat disegani sekaligus ditakuti oleh seluruh bangsa di dunia. Memanglah tepat, masa remaja seharusnya tidaklah dihabiskan dengan hura-hura dan mengikuti nafsu duniawi namun digunakan untuk menempa kemampuan diri dan pribadinya sebagai bekal hidup di hari kemudian. Masa remaja merupakan masa emas dimana banyak impian, cita-cita, dan harapan tinggi dalam genggaman erat untuk diwujudkan. Jika masa remaja hanya dihabiskan dengan mengikuti nafsu duniawi saja, hasilnya sungguh luar biasa sangat rugi. Kelak akan hidup terlunta-lunta dan menderita tidak hanya di dunia namun juga di akherat nanti.
Na’udzubillahimindzalik. Wallahu’alam bi shawab…..
AstagfiruLLah….
♥ Semoga Bermanfaat & Silahkan Di Share ^_^ ♥
Seolah – olah sudah menjadi tradisi, bagi remaja yang tidak melakukan tradisi ini yakni pacaran dan hura-hura, dianggap kuper atau tidak gaul. Padahal kegiatan yang demikian itu jika dilihat dari segi manfaat lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya.. Bagi remaja Islam, kegiatan malam minggu hendaknya tidaklah demikian, karena remaja Islam sejati tidak akan mengikuti budaya orang-orang kafir.
Hura-hura dan wakuncar di malam minggu yang dilakukan remaja seperti jalan-jalan di mall, nonton film di bioskop, makan malam diluar menjadi agenda sebagian remaja yang terpengaruh oleh tradisi budaya barat.
Mudharatnya kegiatan tersebut banyak sekali seperti pemborosan, berkhalwat dengan non muhrim, hingga dosa besar mendekati zina. Tidak ada manfaat yang dapat diambil dari kegiatan hura-hura dan wakuncar yang kini sering dilakukan oleh sebagian remaja. Sebagai remaja Islam, tentu harus berbeda dengan mereka yang melakukan kegiatan mubazir seperti di atas.
Meski gejolak darah muda dalam diri seorang remaja mulai memanas, sehingga banyak alasan pembenaran yang dikemukakan seperti untuk semangat belajar, untuk belajar mengenal lawan jenis, untuk refreshing , karena cinta/sayang, dan lain-lain, alasan pembenaran kegiatan tersebut tentulah tidak tepat dengan syariah agama Islam. Islam adalah agama keselamatan bagi umat manusia, karenanya para remaja Islam tentu harus mengikuti syariah agama agar bisa selamat di dunia dan di akherat.
Sebuah perenungan yang patut direnungkan melalui akibat-akibat tradisi malam mingguan yang sudah berlangsung selama berpuluh tahun ini Pertama, berapa banyak remaja menikah di usia dini akibat hamil di luar nikah, berapa banyak kasus perkosaan yang terjadi tiap tahun, berapa banyak bayi-bayi tak berdosa yang tak memiliki bapak atau pun mati mengenaskan di tempat sampah?, berapa banyak remaja yang kini berani beradegan mesum dan kemudian dipublikasikan? Jika jawabannya banyak, maka masihkah pantas tradisi seperti ini tetap dipertahankan di kalangan remaja? Jika mudharat yang dibawa tradisi malam mingguan seperti di atas ternyata terbukti sangat banyak dan tentu membahayakan masa depan para remaja, sanggupkah para remaja sekarang merubahnya? Bagi para remaja Islam sejati, kenyataan ini seharusnya menjadikannya sanggup menjadi pelopor perubahan itu dengan membangun aqidah dan akhlaq Islamiyah yang kuat dan mengaplikasikannya dalam kebiasaan hidup sehari-hari.
Malam minggu/ahad dan hari ahad hendaknya dijadikan sebagai waktu yang lebih bermanfaat dan lebih produktif. Zaman yang semakin sulit seperti sekarang ini, seharusnya disadari para remaja untuk lebih produktif dan berprestasi demi menunjang masa depannya kelak. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan dalam mengisi malam minggu/ahad dan hari ahad yang lebih bernilai positif, antara lain mengikuti klub atau kursus yang mendukung pengembangan bakat, sehingga pada akhirnya dapat menambah tabungan dan lebih mandiri dengan memanfaatkan kemampuan/bakat yang dimiliki tersebut. Kegiatan positif ini juga harus diiringi dengan peningkatan kualitas aqidah dan akhlak islamiyah. Dengan demikian, hidup seorang remaja Islam sejati akan lebih berarti dan insyaAlloh mendapat ridho dari Alloh SWT.
Kehidupan masa remaja Rasulullah SAW dapat menjadi suri teladan, dimana masa remaja Beliau dilalui dengan perjuangan dan kerja keras diiringi dengan akhlaq yang terpuji. Hasilnya sangat luar biasa, Beliau menjadi seorang pemimpin yang sangat disegani sekaligus ditakuti oleh seluruh bangsa di dunia. Memanglah tepat, masa remaja seharusnya tidaklah dihabiskan dengan hura-hura dan mengikuti nafsu duniawi namun digunakan untuk menempa kemampuan diri dan pribadinya sebagai bekal hidup di hari kemudian. Masa remaja merupakan masa emas dimana banyak impian, cita-cita, dan harapan tinggi dalam genggaman erat untuk diwujudkan. Jika masa remaja hanya dihabiskan dengan mengikuti nafsu duniawi saja, hasilnya sungguh luar biasa sangat rugi. Kelak akan hidup terlunta-lunta dan menderita tidak hanya di dunia namun juga di akherat nanti.
Na’udzubillahimindzalik. Wallahu’alam bi shawab…..
AstagfiruLLah….
♥ Semoga Bermanfaat & Silahkan Di Share ^_^ ♥
Subscribe to:
Posts (Atom)